Minggu, 07 Juni 2009

Kezhaliman Penguasa Boneka Turuti Penjajah AS di Pakistan: 2 Juta Orang Mengungsi

Perang bawah tanah yang dilancarakan AS di Pakistan telah menjadikan derita Muslim Pakistan berlanjut. Di samping banyak warga sipil yang berjatuhan, jutaan orang lainnya mengungsi. Badan Pengungsi PBB melaporkan, jumlah orang yang terpaksa pergi menyelamatkan diri dari pertempuran di Pakistan baratlaut sejak Agustus 2008 telah melampui dua juta.

Jumlah itu mencakup 1,45 juta orang yang tercatat sebagai pengungsi selama ofensif militer Pakistan terhadap para pejuang muslim sejak 2 Mei, dan 553.916 orang lagi yang menyelamatkan diri dari pertempuran. Ketua Komisi Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR) Antonio Guterres menyebut pengungsian itu sebagai salah satu krisis paling dramatis pada masa sekarang, kata jurubicara UNHCR Ron Redmond.

"Seperti berusaha menangkap sesuatu yabg bergerak di depan kita karena jumlah orang yang berpindah setiap hari begitu besar dan tanggapan tidak pernah memadai," kata Redmond kepada wartawan.

"Meninggalkan penduduk ini tanpa bantuan yang mereka perlukan -- dengan jumlah sebesar itu -- bisa menimbulkan sebuah faktor destabilisasi yang begitu besar," tambahnya.

Badan-badan PBB diperkirakan menyampaikan seruan mereka bagi pendanaan bantuan pekan ini yang jumlahnya bisa mencapai ratusan juta dolar, kata sejumlah pejabat.

"Kami tahu ini masa ekonomi yang sulit, namun kami yakin bahwa masyarakat internasional sama yang telah mengumpulkan dana milyaran untuk menyelamatkan sistem finansial juga memiliki kewajiban untuk menyelamatkan orang yang membutuhkan," kata Redmond.

Rakyat Pakistan Protes!

Sementara itu, pertempuran terus berlangsung antara pasukan Pakistan dan pejuang Taliban di Lembah Swat pada Senin. Pihak pemerintah menyatakan memperoleh dukungan luas atas serangan itu dari partai-partai politik. Namun, sebagian besar masyarakat Pakistan lainnya melakukan kritikan keras terhadap sikap pemerintah yang telah mengikuti keinginan AS untuk membunuh Muslim Pakistan.

Perdana Menteri Pakistan Yusuf Raza Gilani menyatakan, militer akan menyelesaikan ofensif itu dan menjamin perdamaian, ketika ia meminta dukungan dari partai-paretai politik di tengah kekhawatiran yang meningkat mengenai nasib para pengungsi.

"Bentrokan-bentrokan hebat berlangsung di beberapa daerah Swat," kata jurubicara militer Mayjen Athar Abbas.

Duapuluh-tujuh mujahidin, termasuk tiga komandan, syahid dalam 24 jam terakhir, sementara tiga prajurit, termasuk seorang perwira, juga tewas dan 17 lain cedera.

Swat, daerah dengan pemandangan indah yang dulu tempat tujuan wisata namun kini menjadi pusat para pejuang Taliban, dan telah menjadi target Amerika dalam meneruskan aksi terorisnya di negeri Muslim tersebut.

Perjanjian yang kontroversial antara pemerintah dan para ulama pro-Taliban untuk memberlakukan hukum Islam di sebuah kawasan di Pakistan baratlaut yang berpenduduk tiga juta orang seharusnya mengakhiri pemberontakan Taliban yang telah berlangsung hampir dua tahun.

Sesuai dengan keinginan tuannya, teroris Amerika, Perdana Menteri Yousuf Raza Gilani telah mendesak rakyat Pakistan bersatu melawan kelompok ekstrim, yang menurutnya mengancam kedaulatan negara itu dan yang melanggar perjanjian perdamaian tersebut dengan melancarkan serangan-serangan.

Kawasan suku Pakistan, terutama Bajaur, dilanda kekerasan akibat keberingasan pasukan teroris AS melalui kampanye hitam "perang melawan teroris". Tentu saja, kaum Muslim menjadi korban atas kekerasan tersebut.

Rakyat Muslim Pakistan tentu geram melihat penguasanya yang tunduk kepada AS. Mereka melakukan protes keras atas kezaliman penguasa mereka. Bahkan direncankan, 31 Mei mendatang sebuah protes besar akan digelar yang diorganisir oleh Hizbut Tahrir Pakistan.

Penguasa Boneka Pakistan Turuti Tuannya

Pasukan Amerika menyatakan, daerah perbatasan Pakistan digunakan kelompok militan sebagai tempat untuk melakukan pelatihan, penyusunan kembali kekuatan dan peluncuran serangan terhadap pasukan koalisi di Afghanistan.

Pakistan mendapat tekanan dari AS agar menumpas kelompok Islam yang ingin menegakkan syariah Islam di wilayah Swat itu. Kedua penguasa boneka AS di Pakistan dan Afghanistan telah menghadap Barack Obama dan berjabat tangan dengannya. Keduanya mengamini titah penguasa teroris AS di abad ini.

Pakistan menempatkan sekitar 120.000 prajurit di sepanjang perbatasan itu dan menekankan bahwa tanggung jawab menghentikan penyusupan juga bergantung pada pasukan keamanan yang berada di Afghanistan. Menurut militer Pakistan, lebih dari 1.500 para pejuang muslim tewas sejak mereka melancarkan ofensif di Bajaur pada awal Agustus, termasuk komandan operasional Al-Qaeda di kawasan itu, Abu Saeed Al-Masri yang berkebangsaan Mesir.

Demikianlah, potret buram dunia Muslim. Kita menyaksikan bagaimana kebiadaban AS, bersama para penguasa bonekanya, Pakistan melakukan serangan brutal terhadap para ulama’ dan pengemban dakwah di Lembah Swat, semata karena mereka ingin syariat Islam diterapkan di sana.

Lebih dari 180 pejuang Muslim telah gugur sebagai syuhada’. Lebih dari ratusan ribu kaum Muslim, baik tua, muda, anak-anak, dewasa, laki dan perempuan terpaksa harus mengungsi (al-Jazeerah TV, 10/05/2009). Ironisnya, pembantaian ini terjadi setelah kedua penguasa boneka itu menghadap tuannya, Barack Obama, di Gedung Putih. Seolah ingin membuktikan kesetiaan mereka kepada titah sang tuan. Kalau begitu, untuk apa kekuasaan mereka? Apakah untuk ini, mereka mendapatkan kekuasaan dari umat?

Benar, hanya Khilafah Rasyidah yang akan menyelamatkan Muslim Pakistan serta membebaskannya dari cengkraman penjajah AS. Institusi pelindung umat itu, tak akan lama lagi, segera berdiri. Jutaan kaum Muslim di berbagai pelosok dunia merindukan kedatangannya. Hingga suatu saat, Khilafah dengan berani mencampakkan penjajah AS bersama para kaki tangannya. Insya Allah.

Tidak ada komentar: