Rabu, 03 Juni 2009

Koreksi atas Gerakan Reformasi 1998

Koreksi atas Gerakan 98

dari berbagai uraian di atas, penting kiranya bagi kita untuk melakukan penilaian atas pengalaman perjuangan rakyat dan pemuda-mahasiswa di Indonesia untuk melahirkan simpulan-simpulan berarti bagi. Diperuntukka dalam mematangkan pemahaman dan memajukan lagi pekerjaan membangkitkan, menggorganisasikan dan menggerakkan perjuangan massa di Indonesia. Demikian beberapa penilaian-penilaian pokok tersebut. Pertama, Sejarah Perjuangan Rakyat di Indonesia telah dilakukan sejak sekian lama, jauh sebelum gerakan mahasiswa 98 itu lahir. Bahkan sebelum proklamasi 1945, gerakan tani dan buruh memberi inspirasi bagi lahirnya organisasi pemuda dan relajar untuk melawan penindasan dan penghisapan, terutama oleh kaum kolonialisme, feodalisme dan imperialisme serta klas-kals reaksioner dalam negeri. Karenanya gerakan mahasiswa haruslah secara rendah hati, Siap dipimpin oleh gerakan rakyat.

Kemudian yang Kedua, Dalam perjuangan tersebut, gerakan pemuda dan mahasiswa memiliki prestasi tersendiri dan sumbangan cukup berarti terutama dalam gerakan melawan kolonialisme, mempertahankan kemerdekaan di masa awal Revolusi Agustus 1945 dan penumbangan rejim boneka imperialis Fasisme Soeharto. Selain itu yang Ketiga, Kelemahan akan pemahaman teoritis dan praktek perjuangan pembebasan di dalam negeri di kalangan gerakan massa secara luas, telah mengakibatkan percobaan-percobaan ilmiah perjuangan rakyat yang dilakukan untuk melawan kolonialisme, feodalisme, imperialisme dan klas-klas reaksioner dalam negeri begitu mudah dipatahkan.

Selanjutnya yang Keempat, Selama ini, kepemimpian perjuangan yang terjadi dalam sejarah perjuangan rakyat Indonesia masih didominasi oleh kepemimpinan kaum borjuasi, sehingga mengakibatkan pengorbanan luar biasa yang dilakukan oleh rakyat dan pemuda-mahasiswa di Indonesia jatuh kembali dalam kubangan penindasan dan penghisapan. Kemudian yang tak kalah penting, yang Kelima, Dalam konteks kekinian diperlukan sebuah upaya-upaya konkret untuk memajukan kembali gerakan massa demokratis di Indonesia untuk melawan dominasi imperialisme dan rejim boneka di dalam negeri sebagai kaki tangan dan antek setia dari imperialis pimpinan AS


Berdasarkan penilaian-penilaian tersebut, ada beberapa penyimpulan atas pengalaman perjuangan gerakan rakyat dan pemuda-mahasiswa di Indonesia yaitu : Pertama, Dari Segi Ide atau Orientasi Perjuangan Masih kentalnya ide-ide kepemimpinan yang dilahirkan dari pikiran borjuasi kecil dalam setiap aktivitas gerakan massa telah menyebabkan gerakan massa tersebut mudah patah di tengah jalan dan tidak mempunyai pandangan serta arahan-arahan maju ke depannya. Ciri khas dari watak yang selalu bimbang dan ragu, dalam perjalanannya juga dapat menumpulkan gerakan massa itu sendiri. Contohnya, banyak dari pimpinan massa ketika reformasi 1998, sekarang malah menjadi bagian dari arus sistem politik hari ini. Mereka begitu mudah tergiur dengan tawaran elit politik borjuasi, seperti uang dan jabatan, hingga kemudian meninggalkan perjuangan yang diusung sebelumnya dan kekuatan massa yang digalang. Ketika pemilu 2004 lalu atau menuju pemilu 2009 sekarang, banyak tokoh-tokoh mahasiswa yang memilih terlibat dalam politk prkatis dengan rame-rame mendaftarakn diri sebagai calon legislatif. Selain itu, muncul kecenderungan “brokerisme” dan “abang-abangan” dalam dunia gerakan yang membuat gerakan cenderung terkotak-kotak dalam permainan-permainan isu yang dihembuskan oleh elit politik. Mereka kurang memahami tentang catatan-catatan tentang kenyataan konkret masyarakat Indonesia dan pengalaman perjuangan rakyat yang ditempuh selama ini, sehingga tidak ada upaya-upaya untuk memajukan lagi perjuangan massa.

Yang Kedua, Dari Segi Politik Gerakan Massa Demokratis selama ini tidak memiliki garis politik yang tepat dan tegas. Sebuah garis yang secara ilmiah lahir dari kenyataan rakyat serta meletakkan dasar bagaimana rakyat (termasuk Mahasiswa harus berjuan). Tentu saja Politik tersebut haruslah melihat secara menditail dari karakter masyarakat indonesia. Hal ini menyebabkan gerakan massa begitu mudah terombang-ambing dalam situasi yang berkembang. Gerakan massa cenderung terjebak dengan propaganda yang memoderasi aspirasi sejati perubahan rakyat atau terdorong dalam pertarungan kepentingan arus elit kekuasaan. Gerakan massa juga sering digunakan oleh kelompok tertentu untuk melakukan perubahan politik secara drastis (perebutan kekuasaan secara langsung ataupun penggulingan rejim) ataupun dukung mendukung elit kekuasaan. Ini diakibatkan ketidakjelasan program politik yang diusung bagi kepentingan massa ataupun untuk memblejeti klik reaksioner yang kini berkuasa, hingga kehilangan independensi politik dalam bersikap, berpendirian dan bertidak dalam garis massa.

Selanjutnya ketiga, Dari Segi Organisasi, ketidakmampuan untuk mengkonsolidasikan massa yang telah dimobilisir sebelumnya dalam aksi-aksi massa. Banyak kemudian organisasi-organisasi massa yang eksistensinya patah di tengah jalan. Melupakan bahwa setiap aksi-aksi yang dilakukan memiliki usaha untuk terus memenangkan perjuangan dan menambah kekuatan atau membangun basis massa. Sehingga kemudian massa dibiarkan tetap dalam posisi mengambang (floating mass). Kondisi seperti ini tentu saja sangat menguntungkan bagi rejim anti rakyat.


Kemana Gerakan Mahasiswa Harus Melangkah?
Berdasarkan hal tersebut, maka pentiung melakukan gerakan untuk memebenahi kembali Gerakan Massa Demokratis di Indonesia, atau disebut ”Gerakan Pembetulan”. Gerakan Pembetulan adalah sebuah upaya untuk membetulkan kembali ide, politik dan organisasi serta membangkitkan kembali Gerakan Massa. Dalam ”Gerakan Pembetulan” teresbut, ada beberapa hal yang prinsipil untuk memperbaiki kembali, yaitu :

Untuk mencegah dominasi ide-ide borjuasi kecil dalam perjuangan gerakan massa, maka gerakan massa harus meningkatkan kerja-kerja Investigasi Sosial dan Analisa Klas (ISAK) dan melakukan pekerjaan propaganda/edukasi secara intensif bagi pimpinan massa hingga massa itu sendiri. ISAK, adalah sebuah pekerjaan untuk mengetahui secara langsung keadaan konkret yang ada disekitar kita. Yang kemudian akan dijadikan senjata untuk melakukan perjuangan massa. Prinsipnya, ”No Investigation, No Right To talk”. Pekerjaan ini, bisa dilakukan di desa, kota ataupun kampus. ISAK adalah landasan awal dalam bekerja, menentukan garis perjuanngan, menganalisa, hingga membuat program kerja. Sementara Propaganda/edukasi adalah pekerjaan untuk membangkitkan kesadaran, yang ditujukan untuk meningkatkan pemahaman teori dan memperhebat praktek kerja massa.

Secara politik, berpegang pada garis perjuangan yang tepat, yaitu garis politik ”Demokrasi Nasional”. Garis ini lahir bukan karena wangsit atau pesenan orang-orang tertentu. Tapi berdasarkan analisa terhadap perkembangan masyarakat Indonesia saat ini, yaitu masyarakat setengah jajahan dan setengah feodal dibawah dominasi imperialisme yang berbasiskan sisa-sisa feodalisme. Kemudian, menggalang ”Front Persatuan Nasional” yang berlandaskan pada persekutuan dasar antar klas buruh dan kaum tani. Dan terus berupaya menggalang seluruh kekuatan rakyat yang anti imperialisme dan anti feodalisme di Indonesia. selanjutnya, melancarkan kampanye massa dari basis terendah hingga nasional untuk menggerakkan massa menuntut hak-hak demokratisnya hingga perlawanan terhadap imperilaisme dan feodalisme.

Yang tidak kalah penting Secara organisasi, menghimpun seluruh massa yang ada di penjuru Indonesia, dengan membangun organisasi-organisasi massa dari tingkat desa, kota, pabrik, kampung, kampus hingga nasional untuk menjadi sebuah kekuatan massa yang patriotik, demokratik dan militan. Dengan demikian, organisasi akan memiliki topangan dasarnya di basis terendahnya masing-masing.

Tidak ada komentar: